Advertisment
KUNINGAN, (BK).
Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Nusaherang, Muhammad Irfan, S.H., menginisiasi kegiatan Bimbingan Teknis (BIMTEK) tata cara pengukuran arah kiblat pada hari ini, dengan menghadirkan Ketua Badan Hisab dan Rukyat Kabupaten Kuningan. Acara ini diikuti oleh Kasi Pelayanan dari delapan desa di Kecamatan Nusaherang serta Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) dari setiap desa. Selasa (31/12/24)
Muhammad Irfan menjelaskan, tujuan kegiatan ini adalah untuk menyeragamkan penentuan arah kiblat sesuai dengan aturan yang berlaku.
“Melalui kegiatan ini, kami berharap semua masjid dan musala di Kecamatan Nusaherang memiliki arah kiblat yang tepat dan sesuai standar syariat,” ujarnya.
Dalam acara ini, peserta diberikan pelatihan tata cara penentuan arah kiblat menggunakan metode bayangan matahari. Teknik ini memanfaatkan aplikasi khusus dan alat yang disediakan oleh Badan Hisab dan Rukyat. Setelah teori, peserta langsung mempraktikkan pengukuran arah kiblat di lokasi.
Ketua Badan Hisab dan Rukyat Kabupaten Kuningan menyampaikan, pentingnya pengukuran ulang arah kiblat karena adanya faktor perubahan posisi lempengan bumi meskipun dalam skala kecil.
Dalam acara ini, peserta diberikan pelatihan tata cara penentuan arah kiblat menggunakan metode bayangan matahari. Teknik ini memanfaatkan aplikasi khusus dan alat yang disediakan oleh Badan Hisab dan Rukyat. Setelah teori, peserta langsung mempraktikkan pengukuran arah kiblat di lokasi.
Ketua Badan Hisab dan Rukyat Kabupaten Kuningan menyampaikan, pentingnya pengukuran ulang arah kiblat karena adanya faktor perubahan posisi lempengan bumi meskipun dalam skala kecil.
“Perubahan ini mungkin tidak signifikan, tapi tetap perlu diperhatikan untuk memastikan arah kiblat selalu akurat,” imbuhnya.
Ke depan, Muhammad Irfan berharap setiap kepala KUA dapat memahami dan menggunakan alat pengukuran tersebut. Dengan demikian, mereka dapat menjadi penghubung dalam membantu masyarakat, khususnya untuk pengukuran arah kiblat masjid dan musala baru.
“Untuk masjid dan musala yang sudah lama berdiri, penyesuaian arah kiblat diserahkan kepada masyarakat dan tokoh setempat. Apakah akan dilakukan perubahan atau tetap mempertahankan arah sebelumnya, semuanya tergantung hasil pengukuran terakhir dan kesepakatan bersama,” jelasnya.
Kegiatan ini mendapat respons positif dari peserta yang merasa lebih paham tentang pentingnya kalibrasi arah kiblat secara berkala demi menjaga kesempurnaan ibadah. (Apip/ BK)
Ke depan, Muhammad Irfan berharap setiap kepala KUA dapat memahami dan menggunakan alat pengukuran tersebut. Dengan demikian, mereka dapat menjadi penghubung dalam membantu masyarakat, khususnya untuk pengukuran arah kiblat masjid dan musala baru.
“Untuk masjid dan musala yang sudah lama berdiri, penyesuaian arah kiblat diserahkan kepada masyarakat dan tokoh setempat. Apakah akan dilakukan perubahan atau tetap mempertahankan arah sebelumnya, semuanya tergantung hasil pengukuran terakhir dan kesepakatan bersama,” jelasnya.
Kegiatan ini mendapat respons positif dari peserta yang merasa lebih paham tentang pentingnya kalibrasi arah kiblat secara berkala demi menjaga kesempurnaan ibadah. (Apip/ BK)