Post ADS 1
Post ADS 1
Jumat, 10/17/2025 08:31:00 PM WIB
HeadlineMuslim

Menistakan Kiai Dan Pondok Pesantren Sama Dengan Menghancurkan Diri Sendiri

 


Ketua PCNU Kabupaten Kuningan, Dr KH Aam Aminuddin SH.I MA, jangan hinakan kiai dan pondok pesantren



KUNINGAN, (BK).-

Dari Tanah Suci Makkah Al-Mukaromah, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Kuningan, Dr. KH. Aam Aminuddin, S.HI., M.A., menyampaikan pernyataan sikap terkait tayangan salah satu stasiun televisi swasta nasional, yang dianggap telah melecehkan martabat kiai dan dunia pesantren.

 

“Kami sangat prihatin. Tayangan semacam itu bukan hanya bentuk ketidakpekaan terhadap nilai-nilai luhur bangsa, tetapi juga pengingkaran terhadap sejarah panjang perjuangan ulama dan pesantren yang telah menjadi tiang penopang moral Indonesia,” ungkap  KH  Aminuddin yang kini berada di tanah suci Makkah, Jumat (17/10/2025).

 

Ditegaskan dia, pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan, melainkan penjaga nurani umat, benteng akhlak bangsa, dan sumber mata air peradaban. Maka dari itu, menistakan kiai dan pondok pesantren sama dengan menghancurkan diri sendiri.

 

“Sebab siapa pun yang merendahkan sumber cahaya, pada hakikatnya sedang memilih berjalan dalam kegelapan. Mengolok yang dimuliakan Allah dan umat hanyalah jalan menuju hilangnya keberkahan dan kehormatan,” ujar kiai bergelar doktor yang akrab disapa Abah Aam itu.

 

 

Dijelaskan Abah Aam, PCNU Kabupaten Kuningan menyerukan agar pihak televisi swasta yang telah menghinakan kiai dan pondok pesantren itu segera menyadari kekeliruannya, meminta maaf secara terbuka, dan berkomitmen memperbaiki kontennya agar lebih mencerdaskan serta menghormati nilai-nilai keagamaan. Media itu   semestinya menjadi ruang pencerahan, bukan panggung pelecehan dan perpecahan.

 

“Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi seluruh insan media untuk selalu mengedepankan etika, empati, dan tanggung jawab moral dalam setiap tayangan,” paparnya.

 

Dari tanah suci Makkah Al-Mukaromah, KH Aminuddin menutup pernyataannya dengan doa: “Ya Allah, muliakanlah para ulama kami, jagalah pesantren-pesantren kami, dan bimbinglah bangsa ini agar tidak berpaling dari cahaya ilmu dan adab.”

 

Dalam sebuah kehidupan ini, kata-kata bisa menjadi doa, bisa pula menjadi senjata yang berbalik arah. Siapa yang merendahkan ulama akan direndahkan ilmunya; siapa yang menertawakan pesantren akan kehilangan arah di tengah kebodohannya sendiri. Maka berhati-hatilah sebab, tidak ada yang lebih celaka daripada orang yang menertawakan sumber keberkahannya. (HEM/BK)