Ketua PCNU Kabupaten Kuningan, Dr KH Aam Aminuddin SH.I MA, jangan hinakan kiai dan pondok pesantren
KUNINGAN, (BK).-
Dari Tanah Suci Makkah Al-Mukaromah, Ketua Pengurus Cabang
Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Kuningan, Dr. KH. Aam Aminuddin, S.HI., M.A.,
menyampaikan pernyataan sikap terkait tayangan salah satu stasiun televisi
swasta nasional, yang dianggap telah melecehkan martabat kiai dan dunia
pesantren.
“Kami sangat prihatin. Tayangan semacam itu bukan hanya
bentuk ketidakpekaan terhadap nilai-nilai luhur bangsa, tetapi juga
pengingkaran terhadap sejarah panjang perjuangan ulama dan pesantren yang telah
menjadi tiang penopang moral Indonesia,” ungkap
KH Aminuddin yang kini berada di
tanah suci Makkah, Jumat (17/10/2025).
Ditegaskan dia, pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan,
melainkan penjaga nurani umat, benteng akhlak bangsa, dan sumber mata air
peradaban. Maka dari itu, menistakan kiai dan pondok pesantren sama dengan
menghancurkan diri sendiri.
“Sebab siapa pun yang merendahkan sumber cahaya, pada
hakikatnya sedang memilih berjalan dalam kegelapan. Mengolok yang dimuliakan
Allah dan umat hanyalah jalan menuju hilangnya keberkahan dan kehormatan,” ujar
kiai bergelar doktor yang akrab disapa Abah Aam itu.
Dijelaskan Abah Aam, PCNU Kabupaten Kuningan menyerukan agar
pihak televisi swasta yang telah menghinakan kiai dan pondok pesantren itu
segera menyadari kekeliruannya, meminta maaf secara terbuka, dan berkomitmen
memperbaiki kontennya agar lebih mencerdaskan serta menghormati nilai-nilai
keagamaan. Media itu semestinya menjadi
ruang pencerahan, bukan panggung pelecehan dan perpecahan.
“Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi seluruh
insan media untuk selalu mengedepankan etika, empati, dan tanggung jawab moral
dalam setiap tayangan,” paparnya.
Dari tanah suci Makkah Al-Mukaromah, KH Aminuddin menutup
pernyataannya dengan doa: “Ya Allah, muliakanlah para ulama kami, jagalah
pesantren-pesantren kami, dan bimbinglah bangsa ini agar tidak berpaling dari
cahaya ilmu dan adab.”
Dalam sebuah
kehidupan ini, kata-kata bisa menjadi doa, bisa pula menjadi senjata
yang berbalik arah. Siapa yang merendahkan ulama akan direndahkan ilmunya;
siapa yang menertawakan pesantren akan kehilangan arah di tengah kebodohannya
sendiri. Maka berhati-hatilah sebab, tidak ada yang lebih celaka daripada orang
yang menertawakan sumber keberkahannya. (HEM/BK)