Advertisment
KUNINGAN (BK) –
Para siswa kelas IX Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Kautsar Bayuning melaksanakan praktik drama dalam rangka penilaian akhir semester yang diselenggarakan di ruang kelas IX, Rabu (30/4/2025). Kegiatan ini disambut antusias oleh seluruh warga sekolah, mulai dari siswa hingga para guru.
Kepala MTs Al-Kautsar, Feri Firmansyah, S.Pd.I., mengatakan bahwa praktik drama ini bertujuan untuk melatih kemampuan komunikasi dan kerja sama antar siswa. Ia menilai, drama menjadi sarana efektif dalam menanamkan nilai-nilai positif kepada peserta didik.
"Drama bukan hanya soal keberanian tampil di depan umum, tapi juga menyampaikan pesan moral dari cerita yang dibawakan," ujar Feri kepada Bokor Kuningan.
Guru mata pelajaran Bahasa Sunda, Aden Eka Pradana, M.Pd., menilai pementasan tersebut sebagai metode pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Ia menegaskan bahwa lewat drama, siswa dilatih berbicara secara aktif sekaligus lebih mengenal budaya Sunda.
“Kami ingin siswa mampu mengekspresikan ide-ide mereka dalam bentuk pertunjukan yang kreatif dan bermakna,” ujar Aden.
Sebanyak tiga kelompok tampil membawakan cerita khas Sunda. Di antaranya Kabayan jeung Si Iteung, Si Koret Budak Koret, dan Budak Bolos Sakola. Yang membuat pentas makin menarik, sejumlah siswa bertukar peran, seperti siswa laki-laki memerankan tokoh perempuan, dan sebaliknya.
Aksi tersebut sukses mengundang tawa dan tepuk tangan dari para penonton. Salah satu pemeran utama dalam drama Kabayan jeung Si Iteung, Salma, mengaku merasa bangga bisa tampil menjadi si Kabayan.
"Awalnya saya gugup, tapi setelah tampil jadi lebih percaya diri. Ini pengalaman yang sangat berkesan dan tidak akan saya lupakan," ungkapnya.
Pertunjukan yang digelar di dalam kelas IX itu turut disaksikan siswa dari SD sekitar, serta siswa kelas VII dan VIII MTs Al-Kautsar. Seluruh penonton tampak menikmati setiap penampilan. Tepuk tangan meriah pun mengiringi akhir dari tiap drama yang dipentaskan.
Setelah pertunjukan usai, para siswa dan guru melakukan sesi foto bersama sebagai bentuk apresiasi dan kebersamaan atas kerja keras mereka.
Pihak sekolah berharap melalui kegiatan ini siswa tidak hanya unggul di bidang akademik, tetapi juga memiliki kecakapan dalam seni, komunikasi, dan kerja tim.
“Ini bukan sekadar praktik pelajaran, tetapi bentuk nyata pelestarian budaya lokal dan penguatan karakter siswa,” imbuh Aden.
(Apip/ BK)