Rabu, 5/21/2025 09:02:00 PM WIB
HeadlineMuslim

KH Fitriyadi Siraj Medar Cara Beristinja Dari Najis Agar Tidak Menjadi Siksa

Advertisment

 

                                                                     KH Fitriyadi Siraj


KUNINGAN, (BK).-


Pada kajian subuh di Masjis Agung Syiarul Islam Kuningan, Selasa (20/5/2025), KH Fitriyadi Siraj medar cara-cara beristinja (bersuci) dari najis agar tidak menjadi siksa, maka kita harus berhati-hati dalam beristinja.


Dari Ibnu ‘Abbas ra ia berkata bahwa Nabi Muhammad Saw pernah melewati dua kuburan. Beliau bersabda: “Keduanya sedang disiksa, dan keduanya tidak disiksa karena perkara yang dianggap besar (oleh manusia), padahal itu besar (di sisi Allah). Yang satu disiksa karena tidak menjaga diri dari najis kencing (tidak berhati-hati saat buang air kecil). Sedangkan yang lainnya disiksa karena suka mengadu domba (menghasut).


“Lalu Nabi mengambil pelepah kurma yang masih basah, membelahnya jadi dua, dan menancapkan satu di masing-masing kubur. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa engkau melakukan ini?” Beliau menjawab: Agar diringankan siksa keduanya selama pelepah itu belum kering,” ungkap KH Fitriyadi.


Ditambahkannya, wajib beristinja (bersuci dari najis) dari setiap benda basah (seperti air kencing, tinja, madzi, dan wadzi) yang keluar dari dua jalan (qubul dan dubur), selain mani, dengan menggunakan air sampai tempat najis itu bersih. Selain itu cara mengusapnya dengan benda padat seperti batu atau tisu tiga kali atau lebih sampai tempat keluar najis tersebut menjadi bersih. Dalam artian tidak ada sisa najis yang tampak, meskipun masih tersisa warna atau bau, dengan syarat benda padanya itu suci, padat (tidak cair), tidak dihormati (seperti makanan), tidak berpindah najisnya ke tempat lain, dan dilakukan sebelum keringnya najis.


Kesimpulan; syarat-syarat Istinja/cebok dengan batu atau tisu: 1. Menggunakan benda yang suci (طاهر), tidak boleh menggunakan benda yang najis. Contoh yang boleh: tisu kering, batu bersih, kain bersih. Contoh yang tidak boleh: kertas/kain terkena air kencing. 2. Benda tersebut padat dan bisa menghilangkan najis (جامد قالع). Tidak boleh benda cair seperti air sabun, atau lunak seperti kapas basah.


Contoh yang boleh: batu, tisu kering, kertas tisu. Contoh yang tidak boleh: lumpur, kain lembek yang tidak menyerap. 3. Tidak menggunakan benda yang dihormati (غير محترم). Tidak boleh benda yang mulia atau berharga, apalagi mengandung tulisan ilmu agama. Contoh yang dilarang: makanan walaupun sudah basi atau kering, atau kertas ada tulisan alquran atau ilmu agama. 4. Tidak berpindah najis ke tempat lain saat dibersihkan (من غير انتقال).  Contoh: menggunakan kain lembab yang malah menyebar najis. Cara sah: ganti tisu tiap usapan agar tidak menyebar najis. 5. Dilakukan sebelum najis mengering (قبل جفاف). Jika najis sudah kering dan menempel kuat, maka wajib pakai air. Contoh: usai buang air besar langsung bersihkan pakai tisu sebelum kering. Jika dibiarkan lama hingga kering: harus disiram air. 6. Diusap minimal 3 kali atau lebih (ثلاث مسحات فأكثر) minimal 3 kali usapan, meskipun sudah bersih. Jika masih ada najis, lanjutkan hingga bersih. Contoh: buang air besar, usap dengan tisu 3x, jika masih ada bekas, tambahkan usapan sampai bersih, bagusnya dengan hitungan ganjil


“Catatan Penting; bila najisnya kering atau banyak, lebih baik disiram pakai air. Jika hanya sedikit dan baru keluar, istinja’ dengan tisu 3x atau lebih sudah cukup asalkan syarat-syarat di atas terpenuhi,” pungkas KH Fitriyadi. (HEM/Nel’S/BK)