Advertisment
Pada umumnya manusia memiliki karakter, jika mendapat salah satu kesulitan, seolah-olah semua kesulitan kita dapati. Sebaliknya manakala memperoleh berbagai kemudahan, terkadang lupa terhadap yang memberi kemudahan tersebut.
“Jika manusia ketika hidupnya dihadapkan pada kemudahan-kemudahan dikhawatirkan akan seperti Firaun. Dia (Firaun) merasa dirinya paling hebat, konon katanya selama 400 tahun dia tidak pernah sakit. Namun orang-orang beriman perlu sekali-kali sakit agar tidak merasa hebat seperti Firaun,” kata KH Solihin Akhyar MPd, dalam Kajian Majelis Takmlim Until Janah Syairul Islam, belum lama ini.
Dijelaskan dia, dalam kehidupan ini ada senang maupun susah dan silih berganti. Bisa berat dan bisa mudah, tergantung pada suasana hati walau masalah itu ringan tapi suasana hati menerima dengan berat maka akan terasa berat, begitupun sebaliknya. Sesungguhnya semua ketentuan Allah itu baik tergantung yang menerimanya, apa mau disikapi secara baik atau buruk, berat atau ringan, itu kembali pada diri masing-masing. Mari buka mata hati kita, apakah masalah yang datang buruk atau baik, kembali pada kita untuk menyikapinya.
“Kesulitan bagi orang yang beriman silih bergantinya musibah tidak akan berdampak, karena Allah akan senantiasa mendampinginya. Seberat apapun masalah, jika kita yakin bahwa Allah menyertai kita, maka akan terasa ringan. Maka beruntunglah bagi orang-orang dalam suasana apapun, di manapun selalu disertai Allah. Itulah ciri pertolongan Allah,” papar KH Solihin.
Ditambahkannya, Allah berbeda dengan makhluk lainnya. Allah maha suci dari segala sesuatu. Jadi, Allah itu tidak boleh dibandingkan dengan makhluk lainnya, yakinkan pada hati kita bagi orang beriman. Kita tidak akan sanggup menjangkau keberadaan-Nya. Allah tidak bisa dideteksi oleh akal manusia dan tidak bisa dijangkau oleh pikiran/imajinasi kita. Kalau orang sudah merasakan penyertaan Allah, itulah ciri pertolongan Allah. Orang yg sudah dekat dengan Allah, niscaya tidak akan takut menghadapi seberat apapun masalah yang dihadapinya.
“Allah menyebutnya wahai jiwa yang tenang. Ketika mati butuh pertolongan Allah, seperti kita hidup membutuhkan pertolongan Allah. Setiap makhluk hidup akan merakan kematian, yang lama itu kehidupan setelah mati, memasuki alam akhirat. Ulama menggambarkan ada yang meninggal merasakan dibalut sutra yang dibanting pada kawat berduri dan ditarik sekuatnya. Ada juga yang mati seperti tak merasakan sakit atas pertolongan Allah,” ujar KH Solihin.
Contoh lain, seorang ibu melahirkan walau terasa sakit ketika melihat anaknya bisa tersenyum seolah-olah proses melahirkan tadi tidak merasa sakit (itu berkat pertolongan Allah). Orang yg lagi sakaratul maut tiba-tiba diberikan bunga surga yang indah, maka orang tersebut lupa dengan sakitnya waktu sakaratul maut (itulah pertolongan Allah). Bagaimana supaya kita selalu ditolong Allah?
Dalam sebuah keterangan dikatakan, hai orang-orang beriman apabila kamu menolong agama Allah, pasti Allah akan menolongmu. Misalnya kita melaksanakan berbagai kebaikan dengan mengharap ridho Allah, orang yang selalu mengingat pada kematian, dan melaksanakan berbagai ibadha lainnya. Fokuslah dalam suasana apapun kita bisa melaksakan siar dan mengajakan orang-orang untuk jauh dari maksiat, dan segera mendekat pada Allah. Mislanya, melaksanakan solat, zakat, puasa, merupakan bentuk implementasi kecintaan pada agama.
Tabaruk (mengambil berkah). Contoh, jiarah kubur pada para wali, ulama, dan niatkan ambil keberkahan sebagaimana Allah Swt memberikan kesolehan pada almarhum. Semoga kita senantiasa dekat pada Allah dan Allah senantiasa memberi kita pertolongan. Aamiin yaan robbal alamin. (HEM/BK/Nel’S)