Advertisment
KUNINGAN, (BK) –
Peta kekuatan politik nasional kini mengalami pergeseran. Jika sebelumnya Jakarta dikenal sebagai pusat konsentrasi politik, kini sorotan publik mulai bergeser ke Jawa Barat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya popularitas dan pengaruh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dalam kancah politik nasional. Sabtu malam (24/05/25)
Dedi Mulyadi, atau akrab disapa Kang Dedi, dikenal luas sebagai pemimpin dengan gaya populis yang dekat dengan masyarakat akar rumput. Pendekatannya yang khas melalui blusukan dan narasi budaya Sunda menjadikannya tokoh yang diperhitungkan.
“Pak Dedi bukan sekadar pemimpin daerah, beliau kini menjadi simbol perlawanan terhadap politik transaksional. Banyak masyarakat yang merasa memiliki harapan baru lewat beliau,” ujar Rizki (22), mahasiswa perguruan tinggi negeri di Jakarta.
Fenomena pergeseran politik ini mulai terasa sejak awal 2024, namun semakin kuat memasuki pertengahan 2025. Lonjakan perhatian publik dan elit politik terhadap Jawa Barat terjadi seiring peningkatan eksistensi Dedi Mulyadi di berbagai media sosial dan pemberitaan nasional.
Jawa Barat, sebagai provinsi dengan jumlah pemilih terbanyak di Indonesia, kini menjadi fokus utama dalam peta kampanye partai-partai besar. Strategi politik yang sebelumnya terkonsentrasi di Jakarta kini lebih banyak diarahkan ke wilayah-wilayah strategis di Tatar Sunda.
“Kami mencatat adanya peningkatan intensitas kunjungan tokoh nasional ke Jawa Barat. Ini menunjukkan wilayah ini kini menjadi medan utama perebutan simpati publik,” kata Hendra Gunawan, analis politik dari Lembaga Kajian Demokrasi Nasional.
Pengaruh Dedi Mulyadi dinilai mampu menggugah emosi publik melalui pendekatan budaya lokal dan komunikasi yang membumi. Blusukan yang konsisten dan narasi kesundaan yang diangkat olehnya memberikan warna tersendiri dalam lanskap politik nasional.Sejumlah warga juga menyampaikan harapannya agar Dedi Mulyadi maju dalam Pilpres mendatang.
“Kang Dedi sudah membuktikan kepemimpinannya dari bawah. Kami siap mendukung jika beliau mencalonkan diri sebagai Presiden,” kata Nenah, warga Ciamis.
Keberhasilan Dedi Mulyadi membangun kedekatan emosional dengan rakyat membuat banyak pihak menilai Jawa Barat kini menjadi barometer politik nasional. Hal ini ditandai dengan perubahan strategi partai-partai besar yang kini lebih fokus membangun basis suara di provinsi ini.
“Barometer politik nasional kini tak lagi berada sepenuhnya di Jakarta. Jawa Barat telah menjadi pusat pergerakan baru, dan Kang Dedi berada di garis terdepannya,” ujarnya.
Dengan semakin kuatnya pengaruh politik dari wilayah Sunda, banyak pihak meyakini bahwa arah politik Indonesia sedang memasuki babak baru, di mana suara rakyat dari daerah mulai menentukan arah bangsa secara nasional. (Yayan Heryana/BK)